Jumat, 30 Mei 2014

Rapat Dewan Budaya Kedungpoh

Rapat Dewan Budaya Kedungpoh

| February 24, 2014 | 0 Comments
ketua 2
Peserta rapat

Foto-0076
M.Sumadiyono Ketua Dewan Budaya Kedungpoh
Dewan Buadaya Kedungpoh yang dipimpin oleh M.Sumadiyono tgl 24/2/2014, menyelenggarakan rapat pengurus di Balai Desa Kedungpoh. Juga di hadiri oleh Kepala Desa  dan Ka.Bag. Kesra. Dalam sambutannya, Kepala Desa menekankan beberapa hal yang perlu segera di lakukan oleh Dewan Budaya antara lain adalah pengurusan SK Desa Budaya ke Dinas Kebudayaan Kab.Gunungkidul. Ketua Dewan Budaya dalam penjelansannya, bahwa kelompok seni yang ada di Desa Kedungpoh cukup banyak  dan jenis kegiatannya bermacam-macam, maka Dewan Budaya berusaha memfasilitasi Kelompok agar mereka tetap berjalan dan lestari. Langkah tersebut dapat diupayakan dengan bekerjasama antar kelompok maupun pihak lain dalam hal ini adalah Pemerintah.
Menurut Rudi Handoko tokoh seni dari Kedungpoh kidul, sebenarnya di Kedungpoh dapat dikembangkan kelompok seni yang lebih maju apabila kita mampu menyediakn kebutuhan dasar senii yang diperlukan antara lain adalah pelatih sarana rumah budaya dan peralatan pendukungnya. Karena peminat seni cukup banyak tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Dalam rapat tersebut telah diambil kesimpulan adalah membuat rencana kerja thn 2014 dan rencana kegiatan lain diantaranya adalah :
  1. Pendataan dan Indentifikasi potensi seni yang ada di setiap Padukuhan.
  2. Indentifikasi Mitos, Legenda dan situs sejarah yang ada di Desa Kedungpoh.
  3. Penumbuhan Kelompok baru untuk kegiatan seni
  4. Pendataan kebutuhan peralatan dan sarana / prasarana seni yang diperlukan.
  5. Rencana pentas seni tahun 2014.
Untuk merealisasikan perencanaan tersebut  akan dilakukan pembagian tugas dan fungsi kepada pengurus sehingga diharapakan semua program dapat terlaksana.

Sejarah Tentang Desa Kedungpoh

DESA KEDUNGPOH, NGLIPAR, GUNUNGKIDUL

    Desa Kedungpoh yang memiliki luas wilayah 10.799.830 Ha, terdiri dari 10 padukuhan unsur kewilayahan dengan jumlah penduduk 5.796 jiwa dan 1.370 KK sebagian besar yang secara geografis terletak pada lahan kemiringan/pegunungan, bukit dan sebagian dari wilayah dataran rendah. 
Awal mula keberadaan Desa Kedungpoh ada masukan/informasi dari pelaku sejarah/tetua desa Kedungpoh bahwa Desa Kedungpoh mempunyai tiga (3) jenis informasi mengenai sejarah Kedungpoh, yaitu:
1. sejarah mulo buko masyarakat yang ada di Desa Kedungpoh

2. sejarah mulo buko nama desa
3. sejarah mulo buko adeking Pemerintah Desa Kedungpoh
Ketiga-tiganya menjadi dasar dalam penggalian sejarah berdirinya Desa Kedungpoh, namun yang paling kuat dan disepakati adalah sejarah mulo buko adeging Pemerintahan Desa Kedungpoh, karena sejarah tersebut membuktikan bahwa Kedungpoh diakui sebagai Desa yang mempunyai otonom.
Adapun informasi dari Tokoh tetua Desa sebagai berikut:
1. sejarah mulo buko masyarakat yang ada di Desa Kedungpoh
Awalnya tidak ada yang tahu tentang keberadaan masyarakat Kedungpoh namun dengan keberadaan peninggalan petilasan yang ada di Kedungpoh secara otomatis membuktikan bahwa sebelum terbentuknya Desa Kedungpoh sudah ada komunitas masyarakat yang hidup pada waktu itu. Terbukti dengan adanya peninggalan (petilasan pesarehan kwasen).
Namun ada cerita lagi bahwa ketika terjadi huru-hara di Keraton Surakarta ada sekelompok masyarakat wilayah Tembayat (sekarang Bayat) yang datang ke wolauah Kedungpoh yang dipimpin oleh Kyai Ahmad Dalem dan menetap di suatu wilayah yang sekarang namanya padukuhan Kedungpoh Kidul. Pada waktu itu Kyai Ahmad Dalem berprofesi sebagai Empu (pembuat pusaka). Bekas dari tempat tersebut berada di RT 02/01 Kedungpoh Kidul. Ahmad Dalem mempunyai putra yang bernama Jumput alias Ahmad Rifa’i. Sedangkan Ahmad Rifa’i mempunyai teman seperjuangan yang bermana Ahmad Kiramu yang merupakan seorang pelarian karena menentang pemerintahan kolonial Hindia Belanda dari wilayah Gunungkidul bagian selatan. Ahmad Kiramu inilah yang sering disebut masyarakat sekarang sebagai penyebar agama islam di Kedungpoh pada khususnya dan wilayah Kecamatan Nglipar pada umumnya.
Air merupakan sember kehidupan masyarakat. Cara memperoleh air pada waktu itu dengan cara alami dan tradisional. Belum ada sumur apalagi ada Pam seperti sekarang ini. Masyarakat hanya memanfaatkan sumber mata air yang ada. Salah satunya adalah genangan air (kedung) yang terletak di Kedungpoh Kidul. Di samping Kedung tersebut ada sebuah pohon Poh (Pelem). Dari pola kehidupan waktu itu, masyarakat sering menyebut daerah tersebut dengan sebutan Kedungpoh. Karena banyaknya warga yang memanfaatkan air tersebut, lambat laun nama Kedungpoh menjadi nama Desa Kedungpoh hingga saat ini.
Desa Kedungpoh merupakan bagian dari Kabupaten Gunungkidul, secara otonomi adalah Desa yang berpemerintahan sejak tahun 1911. Wilayah Kedungpoh merupakan bagian dari Kademangan Kedungkeris (menurut cerita/kesaksian para sesepuh Desa). Pada masa kolonial Hindia Belanda, kerajaan Mataram  Ngayogyakarta Hadiningrat mempunyai bagian wilayah yaitu Katumenggungan Gunungkidul. Katumenggungan Gunungkidul kemudian membentuk Desa-desa yang salah satunya adalah Desa Kedungpoh. Hal ini diperkuat oleh para pelaku sejarah bahwa Beslit/SK/Serat Kekancingan Lurah yang pertama pada tahun tersebut (1911) yakni Eyang Lurah Karto Rejo yang merupakan pemimpin pertama Desa Kedungpoh.
Cerita tersebut menjadi bahan kajian oleh masyarakat, tokoh, dan Pemerintahan Desa dalam menggali sejarah berdirinya (adeking) Desa Kedungpoh.
Masyarakat Desa Kedungpoh sudah ada sebelum adanya Beslit/SK/Serat Kekancingan Lurah, terbukti dengan sejarah berupa petilasan-petilasan dan nama kampung yang ada di Desa Kedungpoh, seperti petilasan: Pasareyan Kwasen, Kampung Tambran, Kampung Nanasan, Kampung Dawung, Alas Parangan, Kampung Ringin Putih, Kampung Penthuk, Alas Cering, Sungai Kedung Gender, Grumung Gojo, dan sebagainya.
Sehingga ada pertimbangan dari beberapa tokoh bahwa Desa Kedungpoh ada sejak adanya pemerintahan Desa pada tahun 1911.
Sumber (pembuktian) tentang pemerintahan Desa Kedungpoh pada tahun 1911 belum bisa menemukan secara Deyure keberadaan SK tersebut, tetapi secara Defacto telah banyak kesaksian. Dan pembenaran dari tokoh tetua Desa Kedungpoh, yang secara formal Pemerintah Desa Kedungpoh telah menggali sejarah secara langsung dengan melalui investigasi dalam agenda forum penggalian sejarah Desa Kedungpoh pada Januari 2008. Tokoh-tokoh yang jadir sebagai Nara Sumber dalam agenda tersebut, antara lain: Pawiro Wigno (mantan Dukuh Kedungpoh Lor), Slamet Purwo Diwarno (mantan Dukuh Nglorog), Sukino (mantan Dukuh), Noto Wiyono (mantan Dukuh), Ngatmo Nado (tokoh tetua desa), Muhadi (mantan abdi Lurah Karto Rejo), Ibu Samirah(istri mantan pamong desa), Doto (tokoh desa). Kegiatan ini difasilitasi dan inisiatif dari pemerintah Desa Kedungpoh pada waktu itu dipimpin oleh Edi Susilo sebagai Kepala Desa, dibantu oleh Joko Santoso sebagai sekretaris desa, dan Mugiharto sebagai Ekobang Desa Kedungpoh yang berperan sebagai notulis dalam forum tersebut.

Profil Desa Kedeungpoh

 

Profile Desa Kedungpoh

Sejarah Desa
Konon menurut cerita, nama Kedungpoh bermula dari sebuah sungai yang saat ini ada di Padukuhan Kedungpoh kidul.Yaitu pada jaman dahulu kala disana ada sebuah kedung yang cukup luas dan dalam disitu banyak terdapat ikan yang hidup didalamnya. Pada sisi sebelah barat dari Kedung tadi tumbuhlah sebatang kayu besar nan rimbun dengan daun yang lebat sehingga menjadikan suasana lingkungan kedung tadi terasa teduh dan  nyaman. Nama dari pada pohon tersebut adalah Pohon Poh .
Masyarakat sekitar pada saat itu banyak yang memanfaatkan kedung tadi untuk kegiatan mandi dan cuci maupun untuk kebutuhan ternak. Lama kelamaan karena banyak orang yang memanfaatkan kedung tadi sehingga tempat tersebut dinamakan “ Kedungpoh “ yaitu perpaduan antara Kedung dan pohon Poh yang ada disisi kedung tersebut. Nama tempat tersebut sampai saat ini merupakan asal usul dari nama Desa Kedungpoh .Dan kedung  tersebut sampai saat ini masih ada meskipun pohon Pohnya sudah tidak ada lagi.
Sebelum terbentuknya Pemerintah Desa, wilayah Kedungpoh merupakan bagian dari Kademangan Kedungkeris. Pada saat itu jalannya Pemerintahan dikuasai oleh  bekel, Yaitu Bekel Wongsodikromo menguasai wilayah bagian barat Kedungpoh ,sedangkan bagian timur oleh Bekel Dersoijoyo. Bekel terakir yang berkuasa saat itu adalah Bekel Wongsemito yang berkedudukan di Kedungpoh kidul. Mulai tahun 1911 terjadi perubahan Pemerintahan dimana kedudukan  Kademangan dirubah menjadi Kapanewon yang dipimpin oleh Ndoro Siten atau setingkat Camat pada saat ini.
Tepatnya tanggal 27 Januari 1911 telah diangkat Lurah Desa Kedungpoh yang pertama yaitu Kartorejo sebagi pejabat resmi yang menerima beslit dari Bupati Gunungkidul. Dengan demikian maka pada tgl tersebut merupakan hari jadi Desa Kedungpoh. Lurah Kartorejo menjabat sejak tahun 1911 s/d tahun 1945, dan sebagi pejabat Lurah desa Kedungpoh yang kedua adalah Padmodiwiryo.
Berikut ini nama Lurah Desa Kedungpoh  :
1. Kartorejo                             Tahun 1911- 1945
2. Padmodiwiryo                  Tahun 1946 – 1990
3. Kartiyo                                 Tahun 1991 – 1998
3. Suratmiyati                        Tahun 1999 – 2007
4. Edi susilo                            Tahun 2007 – 2013
5. Mugiharto                          Tahun 2013 – Sekarang
Pembagian wilayah Kedungpoh menjadi 10 Padukuhan dilakukan oleh Lurah Desa yang kedua yaitu Padmodiwiryo  hingga sekarang .
Sejak berdirinya keadaan desa Kedungpoh  sebagian besar masih merupakan kawasan hutan, bahkan jumlah penduduknya   masih sedikit  sehingga pembangunan yang ada sifatnya hanya suatu kegiatan darurat, dikarenakan keadaannya serba terbatas.Sehingga jalannya Pemerintahan pada saat itu   lebih banyak dilakukan atas prakarsa Lurah Desa karena segala sesuatu yang mengatur tentang jalannya Pemerintahan Desa tidak selengkap sekarang ini. Sehingga Pemerintah Desa tidak mempunyai Kantor maupun Balai Desa,tetapi Rumah Lurah Desa sebagai Kantor Pemerintah Desa.
Baru pada Jaman Orde Baru pembanguanan mulai masuk Desa dengan Program yang amat dikenal  yaitu REPELITA yang dimulai pada Tahun 1967. Baru pada saat itulah Desa mulai mendapatkan bantuan ocialnt dari Pemerintah yang disebut BANDES. Dengan dana tersebut Pemerintah desa mulai dapat membangun sarana  dan prasarana desa yang diperlukan oleh masyrakat.
Perkembangan selanjutnya adalah dengan diterbitkannya  UU, PP  Perda Maupun Perdes yang mengatur jalannya Pemerintahan Desa. Sehingga Pemerintahan Desa dapat berjalan lebih terarah dan dapat melengkapi dan membangun fasilitas Desa yang diperlukan oleh masyarakat maupun Pemerintah desa.

Jumat, 23 Mei 2014

chord gitar superman is dead jadilah legenda

Chord Gitar Superman Is Dead - Jadilah Legenda

[intro] G 
 
G C 
hembus angin yang terasa panas 
 D G 
keringat menetes di dada 
G C 
tiada henti kau bekerja keras 
 D G 
berjuang demi cinta 

[chorus] 
 C G 
untuk Indonesia teruslah bertahan 
 D C 
walaupun hancur dan disakiti 
 G 
kau tetap berdiri disini 
 C G D Em 
untuk Indonesia jadilah legenda 
 C D 
kita bisa dan percaya 

G C 
Lihat laut dan indahnya ombak 
 D G 
gemulainya pohon kelapa 
G C 
para gadis yang mulai menari 
 D G 
kibarkan merah putih 

[chorus] 
 C G 
untuk Indonesia kita punya semua 
 D C 
seribu budaya dan kekayaan alam 
 G 
yang tak kan terkalahkan 
 C G D Em 
untuk Indonesia jadilah legenda 
 C D 
kita bisa dan percaya 

 G Em C D 
darah Indonesia akulah halilintarmu 
 G Em C D 
darah indonesia mengejar tuk selamanya 
 G Em C D 
darah indonesia walau badai menghadang 
 G D/F# Em 
kau takkan pernah hilang 
C D 
walau badai menghadang 

[solo] G A B D-C-B-C D 3x 
 G A B D-C-B-C A G 

G C 
Lihat laut dan indahnya ombak 
 D G 
gemulainya pohon kelapa 
G C 
para gadis yang mulai menari 
 D G 
kibarkan merah putih 

[chorus] 
 C G 
untuk Indonesia kita punya semua 
 D C 
seribu budaya dan kekayaan alam 
 G 
yang tak kan terkalahkan 
 C G D Em 
untuk Indonesia jadilah legenda 
 C D 
kita bisa dan percaya 

 G Em C D 
darah Indonesia akulah halilintarmu 
 G Em C D 
darah indonesia mengejar tuk selamanya 
 G Em C D 
darah indonesia walau badai menghadang 
 G D/F# Em 
kau takkan pernah hilang 
C D 
walau badai menghadang...